Judul Cerpen Kau Pilihanku
Cerpen Karangan: Sarah Sadah Al-Kautsar
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 29 November 2016
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 29 November 2016
Seberkas cahaya memamerkan binar indah sang surya, menghujam keindahan budaya di alam tercinta. Burung-burung gereja turut serta bergembira dengan kicauan indah bernada, mengantarkan para pengais rezeki untuk segera berkarya menghasilkan banyak harta bagi kelengkapan cerita para pujangga cinta.
Panggilan tuhan telah kutunaikan, doa kupanjatkan. Dengan bersarung kotak dominasi warna biru kulangkahkan kaki ini, menata kembali barang-barang lama bersejarah sejak aku berputih biru. Debu-debu mungkin telah lama singgah setelah nyaris dua tahun lamanya. Satu persatu kenangan itu kembali terputar dalam memori kehidupan. Dasi, buku diary, bola basket, gunting, pita biru, tas bolong, senar gitar yang putus dan setumpukan memori lainnya terbungkus rapi dalam kotak biru berukuran 1 x 1 m.
Panggilan tuhan telah kutunaikan, doa kupanjatkan. Dengan bersarung kotak dominasi warna biru kulangkahkan kaki ini, menata kembali barang-barang lama bersejarah sejak aku berputih biru. Debu-debu mungkin telah lama singgah setelah nyaris dua tahun lamanya. Satu persatu kenangan itu kembali terputar dalam memori kehidupan. Dasi, buku diary, bola basket, gunting, pita biru, tas bolong, senar gitar yang putus dan setumpukan memori lainnya terbungkus rapi dalam kotak biru berukuran 1 x 1 m.
“oke, satu dua tiga…!! ayo kamu pasti bisa meyra..!!” aku bersorak sepenuhnya menyemangati. Mey mulai menggerakkan kaki-kakinya, melebarkan tangan dan mulai mengayuhnya. Di kedalaman 2 m meyra memintaku mengajarinya berenang. Sahabat, aku tak dapat berkata tidak untukmu.
“huahh hupp..” aku memandangnya di ujung kolam, mey tak terkendali. Secepat kilat menyambar, aku mendekatinya dengan penuh sigap.
“Tolong…!!! huapp.. huaff..” tubuh meyra hanya setinggi 145 cm tentulah ia kesulitan menyeimbangkan tubuhnya dengan memijakkan kaki di bawah air. Tanganku kuulurkan untuknya tangan pertama menggenggam yang bukan mahram. tak apa, ini hal darurat menurut agamaku. Memang kami tidak berdua berada disini, ada 20 teman yang lain namun mereka asyik dengan permainannya sendiri.
Meyra dapat mengangkat kepala namun ia kehilangan hijabnya, panik ya meyra panik mencoba menutupi rambut indahnya. Aku memalingkan muka atasnya, menyuruh untuk sejenak membenamkan di air, teman-teman menyadari kepanikan kami. Para kaum adam mendekat, aku tak ingin mereka melihat apa yang meyra tutup selama ini. Hingga kutemukan hijabnya dan mengulurkan pada meyra.
“thanks dly..!!” senyum manis tersimpul menghapus kepanikan di episode lalu.
“huahh hupp..” aku memandangnya di ujung kolam, mey tak terkendali. Secepat kilat menyambar, aku mendekatinya dengan penuh sigap.
“Tolong…!!! huapp.. huaff..” tubuh meyra hanya setinggi 145 cm tentulah ia kesulitan menyeimbangkan tubuhnya dengan memijakkan kaki di bawah air. Tanganku kuulurkan untuknya tangan pertama menggenggam yang bukan mahram. tak apa, ini hal darurat menurut agamaku. Memang kami tidak berdua berada disini, ada 20 teman yang lain namun mereka asyik dengan permainannya sendiri.
Meyra dapat mengangkat kepala namun ia kehilangan hijabnya, panik ya meyra panik mencoba menutupi rambut indahnya. Aku memalingkan muka atasnya, menyuruh untuk sejenak membenamkan di air, teman-teman menyadari kepanikan kami. Para kaum adam mendekat, aku tak ingin mereka melihat apa yang meyra tutup selama ini. Hingga kutemukan hijabnya dan mengulurkan pada meyra.
“thanks dly..!!” senyum manis tersimpul menghapus kepanikan di episode lalu.
“bug” astagfirullah..
Buku tebal terjatuh tepat di sampingku, bersumber dari rak tua tempat dimana ilmu-ilmu yang diajarkan secara formal kusimpan. Terperanjat atas memori yang terputar kembali. Diary usang ku bekal menuju kampus. Tepat pukul 08.00 wib aku berada di kelas.
“dly, tau gak rasyid tuh baik banget dia ketua dakwah di sekolahnya.” Gadis cantik membagi kisahnya denganku. Di sebuah taman di bawah pohon cemara.
“oh ya, bagus dong.. hha. Kemajuan tuh biar bisa ceramahin kamu, siapa tau aja kamu jadi kaya mamah dedeh” candaku, membenarkan posisi duduk bersiap mendengarkan seribu kebahagiaan seorang yang bercinta.
Buku tebal terjatuh tepat di sampingku, bersumber dari rak tua tempat dimana ilmu-ilmu yang diajarkan secara formal kusimpan. Terperanjat atas memori yang terputar kembali. Diary usang ku bekal menuju kampus. Tepat pukul 08.00 wib aku berada di kelas.
“dly, tau gak rasyid tuh baik banget dia ketua dakwah di sekolahnya.” Gadis cantik membagi kisahnya denganku. Di sebuah taman di bawah pohon cemara.
“oh ya, bagus dong.. hha. Kemajuan tuh biar bisa ceramahin kamu, siapa tau aja kamu jadi kaya mamah dedeh” candaku, membenarkan posisi duduk bersiap mendengarkan seribu kebahagiaan seorang yang bercinta.
Sesekali aku menatapnya lekat, cantik. Ia memberikan senyumman di setiap akhir kalimat. Binar matanya menggambarkan tetesan embun kesejukan, mawar merona yang menghiasi pipi cubinya. Pink, helai kain yang menutupinya begitu manis. Kebahagiaan selalu terpancar darinya. Hari-hari indah selalu kujalani bersamanya. Namun selalu ada penggalan kata yang sulit kuucapkan padanya.
Minggu depan kami diwajibkan mengikuti ujian seni musik gitar dan biola. Tampaknya mengasyikan, karena jarang sekali kami diperbolehkan membawa alat musik pribadi. Gadis cantik sahabatku tidak pernah diperbolehkan dengan dua alat itu oleh kedua orangtuanya, konon katanya ia harus fokus pada studinya di bidang akademik.
“hei dly, aku bawa gitar nihhh..” ia mendahului fajar yang masih malu menampakkan kegagahannya.
“wah.. punya siapa tuh..? emang kamu bisa?” sedikit menantang mengangkan kedua alis.
“ihh bisa dong, bang Rasyid yang ngajarin. Yaa dikit dikit maksudnya.. hha” ia mencoba memposisikan gitar di pangkuannya. Meletakkan jari-jari lentiknya di kunci A mayor.
“kunci apa itu?” tanyaku menguji.
“hihh ini C minor, masa kamu gak tau” jawabnya tegas dengan penuh percaya diri.
Aku tertawa lepas. Menatap matanya yang setengah memasang wajah bengong dan setengah sebal kebingungan. Kainnya kini berwarna hijau daun menyejukkan. Sejurus kemudian ia meninggalkanku sendiri sebelum bel masuk berbunyi. Hah, ia membenciku.
Aku tak diam, aku mengejarnya. Namun, sebuah drama di hadapanku menghentikan ketukan sepatuku, bersembunyi di balik daun pintu sebelum gadis cantik tau.
“wah.. punya siapa tuh..? emang kamu bisa?” sedikit menantang mengangkan kedua alis.
“ihh bisa dong, bang Rasyid yang ngajarin. Yaa dikit dikit maksudnya.. hha” ia mencoba memposisikan gitar di pangkuannya. Meletakkan jari-jari lentiknya di kunci A mayor.
“kunci apa itu?” tanyaku menguji.
“hihh ini C minor, masa kamu gak tau” jawabnya tegas dengan penuh percaya diri.
Aku tertawa lepas. Menatap matanya yang setengah memasang wajah bengong dan setengah sebal kebingungan. Kainnya kini berwarna hijau daun menyejukkan. Sejurus kemudian ia meninggalkanku sendiri sebelum bel masuk berbunyi. Hah, ia membenciku.
Aku tak diam, aku mengejarnya. Namun, sebuah drama di hadapanku menghentikan ketukan sepatuku, bersembunyi di balik daun pintu sebelum gadis cantik tau.
“terimakasih kak..” gadis cantik berhadapan dengan pria bersyal layaknya pejuang di negeri seberang, para syeikh yang tengah berdakwah di atas mimbar. Rasyid.
Kini ku mematung, rasyid memang tampan dan berwibawa. Siapa hawa yang tak mau bercinta. Aku sahabat, aku hanya berjabat untuk kerabat dan bukan cinta. Tak apa, aku bahagia. Potretnya telah lama menghiasi dinding kamarku. Kenangan bersamanya kusimpan apapun, meski itu selembar kertas maupun setitik debu. Aku selalu melempar canda bahwa aku ingin bercinta, tapi tidak. Iya tak ada cinta untuk kumbang yang tiada berharga.
Kini ku mematung, rasyid memang tampan dan berwibawa. Siapa hawa yang tak mau bercinta. Aku sahabat, aku hanya berjabat untuk kerabat dan bukan cinta. Tak apa, aku bahagia. Potretnya telah lama menghiasi dinding kamarku. Kenangan bersamanya kusimpan apapun, meski itu selembar kertas maupun setitik debu. Aku selalu melempar canda bahwa aku ingin bercinta, tapi tidak. Iya tak ada cinta untuk kumbang yang tiada berharga.
Di suatu senja saat lembayung masih mematung, kudapati kabar gadis cantik mengalami kecelakaan sepulang mengajar di suatu lembaga peduli pelajar. Esoknya aku berniat mengetahui dengan pasti, namun satu pesan masuk darinya.
Fadly, aku baik-baik aja. Besok juga dah sekolah kok. Bantu aku.
Dimana fajar yang biasa malu-malu menampakkan kegagahannya saat aku berada di lantai dua kelasku?. Ia masih kalah dengan kelabu sisa tangisan langit di saat bintang tak hadir menemaninya, mungkin ini tanda bela sungkawa alam bagi gadis cantik yang belum menunjukkan batang hidungnya hingga bel sekolah berdering.
Satu jam pelajaran berlalu, mobil silver bertuliskan “Terios” terparkir tepat di depan kelasku.
“Meyra..!!” teriak hatiku, aku beranjak dari tempatku menimba ilmu.
Pintu mobil terbuka, ibunda meyra membawakan kursi roda. Aku dengan sigap mengambil alih dan mendorongnya ke kelas sesaat setelah kulempar senyum manis pada ibunda. Pak gungun menghampiri ibunda meyra dan berbincang akrab dengannya. Sementara aku selalu berada di samping gadis cantik yang kini beberapa bagian di tubuhnya berbalut kassa.
Aku menemani dan mematuhi perintahnya hingga ia sembuh total, mendorong kursi roda kemanapun ia suka, menggendong tasnya, dan memakaikan sepatu untuknya, terkadang aku menyuapinya dan mengantarkannya pulang dengan kendaraan umum. Karena cinta. Dimana Rasyid? ya ia di pojok taman bersama Natasya, teman sekelas meyra. Tentu meyra tidak pernah tau kabar rasyid dan natasya. Aku diam membisu, tak ingin hatinya terluka.
“Meyra..!!” teriak hatiku, aku beranjak dari tempatku menimba ilmu.
Pintu mobil terbuka, ibunda meyra membawakan kursi roda. Aku dengan sigap mengambil alih dan mendorongnya ke kelas sesaat setelah kulempar senyum manis pada ibunda. Pak gungun menghampiri ibunda meyra dan berbincang akrab dengannya. Sementara aku selalu berada di samping gadis cantik yang kini beberapa bagian di tubuhnya berbalut kassa.
Aku menemani dan mematuhi perintahnya hingga ia sembuh total, mendorong kursi roda kemanapun ia suka, menggendong tasnya, dan memakaikan sepatu untuknya, terkadang aku menyuapinya dan mengantarkannya pulang dengan kendaraan umum. Karena cinta. Dimana Rasyid? ya ia di pojok taman bersama Natasya, teman sekelas meyra. Tentu meyra tidak pernah tau kabar rasyid dan natasya. Aku diam membisu, tak ingin hatinya terluka.
Kenangan lima tahun silam kembali terekam sempurna, dosen menegur dan membangunkanku dari alam bawah sadar. Sebagai mahasiswa semester awal, seharusnya ku memantaskan diri untuk menjadi mahasiswa berprestasi. Bukan terus berimajinasi tanpa memberi aksi.
“astagfirullah” mengusap wajah.
Meyra Anzalina El-Qoisy, sahabat dimasa putih biru. Wanita muslimah yang cerdas, dan selalu ceria, lama ku tak jumpa manis senyumnya. Kudapati separuh kabar tentangnya di media sosial, facebook. Yang kutau dia melanjutkan studynya di islamic boarding school tempat perantauan yang cukup jauh dari kota ia dilahirkan, kota kembang Paris van Java. Madrasah Aliyah yang membuatnya nampak berubah, menjadi wanita shalehah yang lebih indah. Dan seterusnya aku tak tau di sekolah tinggi mana ia melanjutkan studynya.
“astagfirullah” mengusap wajah.
Meyra Anzalina El-Qoisy, sahabat dimasa putih biru. Wanita muslimah yang cerdas, dan selalu ceria, lama ku tak jumpa manis senyumnya. Kudapati separuh kabar tentangnya di media sosial, facebook. Yang kutau dia melanjutkan studynya di islamic boarding school tempat perantauan yang cukup jauh dari kota ia dilahirkan, kota kembang Paris van Java. Madrasah Aliyah yang membuatnya nampak berubah, menjadi wanita shalehah yang lebih indah. Dan seterusnya aku tak tau di sekolah tinggi mana ia melanjutkan studynya.
Dua mata kuliah saja untuk hari ini, aku berjalan di taman sekitar area kampus mencari jaringan wi-fi yang biasa digunakan mahasiswa mengerjakan setumpukan tugas atau sekedar browsing internet. Yes, i get it.
“hy dly, cie sibuk niiee ceritanya..?” rara tiba-tiba hadir menepuk pundakku.
“apaan sih lu? kagak.” Ketusku padanya. Ya hampir semua teman kampus tau tentang cinta rara yang bertepuk sebelah tangan. Dia cantik, baik, ramah, kurasa ia hampir seperti meyra. Tapi tidak, meyra tetaplah meyra.
“apaan sih lu? kagak.” Ketusku padanya. Ya hampir semua teman kampus tau tentang cinta rara yang bertepuk sebelah tangan. Dia cantik, baik, ramah, kurasa ia hampir seperti meyra. Tapi tidak, meyra tetaplah meyra.
Aku membuka laman yang didominasi warna biru, bertuliskan “Selamat Datang di Facebook”. Kutuliskan e-mail dan password milikku. Tring.. satu detik kemudian kulihat ribuan deretan kata buah dari pemikiran “apa yang anda pikirkan”, lama sekali ku tak berinteraksi dengan medsos yang satu ini karena kesibukan kampus yang semakin menjadi disetiap harinya.
5 pesan masuk. Kuarahkah cursor di icon tanda pesan masuk. Speechless, tak kusangka gadis cantik mengirimiku kabar setelah satu tahun tak tau rimbanya.
Asaalamu’alaikum..
Salam ukhuwah yaa mujahidullah. Sahabat satu perjuangan.
apa kabar? kuharap kau selalu dalam lindungan-Nya sobat, dan selalu tersenyum sebagai mana biasanya kau hibur aku dahulu.
Terimakasih banyak, aku telah menerima e-mail video buatanmu di hari milad tahun lalu.
Aku suka, meski aku tak dapat menikmati gambar sepenuhnya.
kata umi, kamu kirim banyak surat, setiap kali kedatangannya umi selalu membacakan untukku.
Sukses yaa sahabat, aku yakin kelak anak-anakmu kan bangga dengan ayahnya.
Ayahnya yang hebat dan selalu memberi kebahagiaan, mengerti keadaan dan selalu ada dalam kebersamaan.
Ini hal yang sangat luar biasa, hari ini aku diizinkan Allah menatap dunia dan entah mengapa ingin sekali kukirimkan pesan untukmu sebelum semuanya kembali dalam kegelapan.
Bandung, 16 Februari 2015
Salam ukhuwah yaa mujahidullah. Sahabat satu perjuangan.
apa kabar? kuharap kau selalu dalam lindungan-Nya sobat, dan selalu tersenyum sebagai mana biasanya kau hibur aku dahulu.
Terimakasih banyak, aku telah menerima e-mail video buatanmu di hari milad tahun lalu.
Aku suka, meski aku tak dapat menikmati gambar sepenuhnya.
kata umi, kamu kirim banyak surat, setiap kali kedatangannya umi selalu membacakan untukku.
Sukses yaa sahabat, aku yakin kelak anak-anakmu kan bangga dengan ayahnya.
Ayahnya yang hebat dan selalu memberi kebahagiaan, mengerti keadaan dan selalu ada dalam kebersamaan.
Ini hal yang sangat luar biasa, hari ini aku diizinkan Allah menatap dunia dan entah mengapa ingin sekali kukirimkan pesan untukmu sebelum semuanya kembali dalam kegelapan.
Bandung, 16 Februari 2015
Tak ku sadari, bendungan bening ini pecah dan membasahi kemeja biru bercorak batik. Rasa apa ini Tuhan, begitu indah. Bila kau berada di hadapanku wahai bidadari tak bersayap, ingin kupeluk dan kuutarakan semua beban yang tak pernah tersampaikan. Ingin kudengar kembali celotehan manismu, cadaan konyolmu dan segala kebodohan yang kau lakukan. Aku siap menjadi apapun aku untukmu, sahabat.
Bukan kota kembang tempatku membalas pesannya, berkirim surat tanpa ada jawaban. Aku terdampar di pulau sumatra, menjadi mahasiswa ekonomi pembangunan. Melanjutkan proyek papa sebulan setelah kepergiannya, aku harus membiayai mama dan ketiga adikku dengan mengembangkan apa yang telah papa tanam agar buahnya senantiasa tetap segar dan dapat kami petik.
“mah, maaf fadly tidak sempat mencium mamah untuk kepergian fadly kali ini. Mamah ridhoi fadly untuk pulang sejenak ke kota kembang. Mah, sampaikan salam untuk Rafda, Nayla dan Arsyad. insyaAllah fadly pulang secepatnya setelah urusan fadly selesai”
Kutinggal kan pesan, tepat pukul 00:00 malam. Mama tengah tertidur, tak sanggup aku mengganggu mimpinya.
Kutinggal kan pesan, tepat pukul 00:00 malam. Mama tengah tertidur, tak sanggup aku mengganggu mimpinya.
Setengah jam perjalanan, tersampai aku pada tempat yang dituju. Gerbang awal perjalananku, Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Baddarudin II, Palembang. Tidak ada tiket sepagi ini di 03 Maret 2016. Aku akan mendapatkannya pukul 15:15 WIB dan akan sampai di Husein Sastra Negara tepat pukul 16:30 WIB.
Terbayang wajah cantik meyra kecil saat memainkan gitarnya, binar matanya bak bening embun pagi yang menghiasi hari. Meyra, aku telah berjanji padamu kan selalu kulukiskan senyuman rembulan di kegelapan malam.
“assalamualaikum” tiga kali ketukan mengiringi satu salam yang kulontarkan.
Hari ini telah kupersiapkan mantal sepenuhnya. Tak seperti dulu saat berhadapan dengan paras cantik meyra.
“waalaikumsalam” seorang wanita paruh baya menatap mataku tajam.
“fa faa faadly?” ia mulai memasang wajah keheranan.
“ia bu, ini fadly. Apa kabar Meyra bu?” kuarahkan tanya pada yang dirindu.
“masuk nak”
Kuikuti langkah ibu.
Hari ini telah kupersiapkan mantal sepenuhnya. Tak seperti dulu saat berhadapan dengan paras cantik meyra.
“waalaikumsalam” seorang wanita paruh baya menatap mataku tajam.
“fa faa faadly?” ia mulai memasang wajah keheranan.
“ia bu, ini fadly. Apa kabar Meyra bu?” kuarahkan tanya pada yang dirindu.
“masuk nak”
Kuikuti langkah ibu.
“setelah meyra bersekolah di boarding, ibu melihat banyak perubahan darinya. Hijabnya begitu besar, setiap pagi dan sore tak hentinya melafalkan ayat alQuran. Ibu bangga sekali pada meyra. Ia diundang kemana-mana sebagai pembaca Al-Quran di berbagai event. Terkadang ia pun mengisi beberapa pengajian sebagai mubalighoh muda”
Aku tersanjung, calon ibu yang baik. Semakin mantap langkah ini kupijakkan di tanah kota kembang.
“Dua tahun silam meyra menjadi aktifis di lembaga kemanusiaan. Ibu senang sekali dengan sifat sosial yang dimilikinya, terlebih profesinya sebagai perawat teladan menambah kebanggaan ibu padanya. Ia bilang.. “bu, seharusnya orang itu bangga loh punya calon istri perawat. Orang lain aja dirawat palagi suaminya? hha iya gak bu?”. “Ibu rindu sekali canda tawanya. Setiap pagi ia memasakan makanan untuk ibu, terkadang ia memasak nasi kuning yang pernah ia buat bersamamu nak. Tapi Allah berkehendak lain” Ibu mengisyaratkan tangannya padaku agar duduk di sofa coklat yang sepertinya baru dibeli.
Aku tersanjung, calon ibu yang baik. Semakin mantap langkah ini kupijakkan di tanah kota kembang.
“Dua tahun silam meyra menjadi aktifis di lembaga kemanusiaan. Ibu senang sekali dengan sifat sosial yang dimilikinya, terlebih profesinya sebagai perawat teladan menambah kebanggaan ibu padanya. Ia bilang.. “bu, seharusnya orang itu bangga loh punya calon istri perawat. Orang lain aja dirawat palagi suaminya? hha iya gak bu?”. “Ibu rindu sekali canda tawanya. Setiap pagi ia memasakan makanan untuk ibu, terkadang ia memasak nasi kuning yang pernah ia buat bersamamu nak. Tapi Allah berkehendak lain” Ibu mengisyaratkan tangannya padaku agar duduk di sofa coklat yang sepertinya baru dibeli.
Aku menyimak bait demi bait kisah meyra sepeninggalku bertahun lamanya.
“kehendak lain bu?” tanyaku. Ibu tak mengalihkan.
“Rasyid,” ibu menyebutkan nama yang dahulu mengisi hidup meyra. Kerongkongan serasa mengering. aku tak sampai hati mendengar nama itu.
“Bulan lalu Rasyid meminang meyra. Ibu bahagia, meyra akan segera menikah. Rasyid bagi ibu sangat cocok dengan meyra. Setahu ibu rasyid terlahir dari rahim seorang ibu dan ayah yang berpendidikan. Ibu menilai Rasyid seorang yang sempurna, karena ia menuntut meyra sempurna”
Keringat dingin membasahi kemeja rapih yang ku kenakan, sengaja aku membelinya di area bandara karena kurasa hari ini akan menjadi hari terindah, meski pada kenyataannya pahit. Mengelus dada sedikit menenangkanku.
“rasyid datang baik-baik, namun…” mata ibu berkaca-kaca.
“PRAAANGGG…” suara piring terjatuh terdengar dari lantai dua rumah meyra. Ibu menghentikan dialog bersama fadly
“meyra” hati ibu berucap. Beranjak mendekati sumber suara.
“kehendak lain bu?” tanyaku. Ibu tak mengalihkan.
“Rasyid,” ibu menyebutkan nama yang dahulu mengisi hidup meyra. Kerongkongan serasa mengering. aku tak sampai hati mendengar nama itu.
“Bulan lalu Rasyid meminang meyra. Ibu bahagia, meyra akan segera menikah. Rasyid bagi ibu sangat cocok dengan meyra. Setahu ibu rasyid terlahir dari rahim seorang ibu dan ayah yang berpendidikan. Ibu menilai Rasyid seorang yang sempurna, karena ia menuntut meyra sempurna”
Keringat dingin membasahi kemeja rapih yang ku kenakan, sengaja aku membelinya di area bandara karena kurasa hari ini akan menjadi hari terindah, meski pada kenyataannya pahit. Mengelus dada sedikit menenangkanku.
“rasyid datang baik-baik, namun…” mata ibu berkaca-kaca.
“PRAAANGGG…” suara piring terjatuh terdengar dari lantai dua rumah meyra. Ibu menghentikan dialog bersama fadly
“meyra” hati ibu berucap. Beranjak mendekati sumber suara.
Sebait hanya untukmu
Kau, yang selalu hadir dalam bait shalat malam
Istikhoroh mengantarkanku padamu
Dahulu, dahulu sekali ingin kuutarakan ini
Namun kau selalu tak sendiri
Aku berfikir, mungkinkah kau terlahir hanya sebagai sahabat?
Apakah Tuhan mengharamkan aku atasmu?
Berat kuarungi hidup ini dengan perasaan yang bersarang
Membisu terkubur dalam ambigu
Apakah karena nyaliku yang mati?
Atau karena TakdirNya yang Terpatri
Yang pasti, aku bahagia mengenalmu
Meski itu tidak bagimu
Kau bagi tawa itu bersamaku
Tanpa kau tau hati ini terluka karenamu
Bukan, bukan karena sifatmu yang menyakitiku tidak
Namun karena rasaku yang terlalu bodoh berharap padamu
Aku punya Tuhan, Kamu Milik Tuhan
Kupintakan kamu pada-Nya
Meyra
Kau, yang selalu hadir dalam bait shalat malam
Istikhoroh mengantarkanku padamu
Dahulu, dahulu sekali ingin kuutarakan ini
Namun kau selalu tak sendiri
Aku berfikir, mungkinkah kau terlahir hanya sebagai sahabat?
Apakah Tuhan mengharamkan aku atasmu?
Berat kuarungi hidup ini dengan perasaan yang bersarang
Membisu terkubur dalam ambigu
Apakah karena nyaliku yang mati?
Atau karena TakdirNya yang Terpatri
Yang pasti, aku bahagia mengenalmu
Meski itu tidak bagimu
Kau bagi tawa itu bersamaku
Tanpa kau tau hati ini terluka karenamu
Bukan, bukan karena sifatmu yang menyakitiku tidak
Namun karena rasaku yang terlalu bodoh berharap padamu
Aku punya Tuhan, Kamu Milik Tuhan
Kupintakan kamu pada-Nya
Meyra
Membuka lembaran usang semasa sekolah, bendungan bening pecah mengigat Rasyid yang mendahului menyunting meyra. Mungkin setelah ibu menemuiku kembali aku kan urungkan niatku yang hendak menjadikan meyra ibu bagi anak-anakku nanti bahkan meski hanya sekedar melihat paras cantik meyra yang akan menepis rinduku, tidak. Semuanya sia-sia.
“Fadly, maaf tadi ada sedikit keramaian di dapur.”
“mm.. mm.. maaf bu, fadly hanya sebentar, ada proyek mendadak yang harus fadly hadiri bu” kusodorkan tangan pertanda sebuah perpisahan yang menyakitkan.
“tapi nak,..”
“maaf bu.. mungkin di hari bahagia meyra nanti, fadly tidak bisa hadir bu sampaikan salam bahagia padanya ya bu.” aku tertunduk
“nak..”
Aku berlalu meninggalkan ibu, bukan jadwalku yang padat namun sayatan ini terlalu sakit kuhadapi. Maafkan aku ibu..
“nak, sebentar nak” ibu terlihat berlari mengejar langkahku. Aku terhenti.
“ini dari meyra. Ibu yang tulis”
“ibu yang tulis? Meyra?”
Ibu memberikannya diiringi air mata yang mengundang tanya. Setelahnya ibu berlalu meninggalkanku yang keheranan. Aku membukanya perlahan, tak kuasa ku menitikan air mata. Tekadku bulat, kembali ke rumah kenangan. Meyra.
“mm.. mm.. maaf bu, fadly hanya sebentar, ada proyek mendadak yang harus fadly hadiri bu” kusodorkan tangan pertanda sebuah perpisahan yang menyakitkan.
“tapi nak,..”
“maaf bu.. mungkin di hari bahagia meyra nanti, fadly tidak bisa hadir bu sampaikan salam bahagia padanya ya bu.” aku tertunduk
“nak..”
Aku berlalu meninggalkan ibu, bukan jadwalku yang padat namun sayatan ini terlalu sakit kuhadapi. Maafkan aku ibu..
“nak, sebentar nak” ibu terlihat berlari mengejar langkahku. Aku terhenti.
“ini dari meyra. Ibu yang tulis”
“ibu yang tulis? Meyra?”
Ibu memberikannya diiringi air mata yang mengundang tanya. Setelahnya ibu berlalu meninggalkanku yang keheranan. Aku membukanya perlahan, tak kuasa ku menitikan air mata. Tekadku bulat, kembali ke rumah kenangan. Meyra.
—
“Saya Terima Nikah dan kawinnya Meyra Anzalina El-Qoisy binti Fadhil Az-Zam dengan seperangkat alat sholat dan emas 25 gram di bayar tunai” aku mengucapnya mantap. Derai air mata memeuhi seisi rumah, Paris Van Java menjadi saksi perjuangan terhadap bidadariku.
“dan darimu terlahir putri cantikku, Zahira Hanaya”.
“terimakasih sahabat, kau menerimaku di saat dunia dapat kulihat hingga kegelapan yang menutupi duniaku kini, bahkan aku tak tau bagaimana kamu sekarang”
“kamu pasti cantik yaa sayang” meyra meraba sekujur tubuh zahira, memastikan buah hatinya sehat dan sempurna.
-istriku kau buta mata, namun tak kudapati kau buta hati. Aku menyayangimu Karena Allah-
“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’: 34)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda:
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “… kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak…” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
“terimakasih sahabat, kau menerimaku di saat dunia dapat kulihat hingga kegelapan yang menutupi duniaku kini, bahkan aku tak tau bagaimana kamu sekarang”
“kamu pasti cantik yaa sayang” meyra meraba sekujur tubuh zahira, memastikan buah hatinya sehat dan sempurna.
-istriku kau buta mata, namun tak kudapati kau buta hati. Aku menyayangimu Karena Allah-
“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’: 34)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda:
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “… kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak…” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Cerpen Karangan: Sarah Sadah Al-Kautsar
Facebook: Sarah Saadah AlKautsar
Facebook: Sarah Saadah AlKautsar
Cerita Kau Pilihanku merupakan cerita pendek karangan Sarah Sadah Al-Kautsar, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
No comments:
Post a Comment